Cerita Dewasa Merawanin Dua Gadis Cantik
Cerita Dewasa Merawanin Dua Gadis Cantik - Kreek… Pintu kamarku dibuka. Aku segera menengok ke arah pintu dengan blingsatan. Yenny terpaku di depan pintu memandangi tubuh Yuni yang tergeletak bugil di ranjang kemudian ganti memandangi penisku yang sudah mulai melemas. Tapi aku juga ikut terpaku kala melihat Yenny yang sudah bugil abis. Aku tidak tahu tahu kalau sejak Yuni masuk tadi Yenny mengintip di depan kamar.
“Yenny? Ng… anu..” antara takut dan nafsu aku pandangi Yenny.
Gadis ini lebih tua dua tahun diatas Yuni. Pantas saja kalau dia lebih matang dari Yuni. Walau wajahnya tak bisa menandingi keayuan Yuni, tapi tubuhnya tak kalah menarik dibanding Yuni, apalagi dalam keadaan full naked kayak gitu.
“Aku nggak akan bilang ke oom dan tante asal…”
“Asal apaan?”
Mata Yenny sayu memandang ke arah Yuni dan penisku bergantian. Lalu dia membelai-belai payudara dan vaginanya sendiri. Tangan kirinya bermain-main di belahan vaginanya yang telah basah. Yenny sengaja memancing birahiku. Melihat adegan itu, gairahku bangkit kembali, penisku ereksi lagi. Tapi aku masih ingin Yenny membarakan gairahku lebih jauh.
Yenny duduk di atas meja belajarku. Posisi kakinya mekangkang sehingga vaginanya membuka merekah merah. Tangannya masih terus meremas-remas susunya sendiri. Mengangkatnya tinggi seakan menawarkan segumpal daging itu kepadaku.
“Mas Hendra.. sini.. ay…”
Aku tak peduli dia mengikik bagai perek. Aku berdiri di depan gadis itu.
“Ayo.. mas mainin aku lebih hot lagi..” pintanya penuh hasrat.
Aku gantiin Yenny meremas-remas payudaranya yang ukuran 36 itu. Puting diujungnya sudah bengkak dan keras, tanda Yenny sudah nafsu banget.
“Eahh.. mmhh…” rintihannya sexy sekali membuatku semakin memperkencang remasanku.
“Eahhh.. mas.. sakit.. enak….”
Yenny memainkan jarinya di penisku. Mempermainkan buah jakarku membuatku melenguh keasyikan. “Ers… tanganmu nakal banget…” Gadis itu cuman tertawa mengikik tapi terus mempermainkan senjataku itu. Karena gemas aku caplok susu-susu Yenny bergantian. Kukenyot sambil aku tiup-tiup.
“Auh…”
Yenny menekan batang penisku.
“Yenn… sakit sayang” keluhku diantara payudara Yenny.
“Habis dingin kan mas…” balasnya.
Setelah puas aku pandangi wajah Yenny.
“Yenny, mau jurus baru Mas Hendra?”
Gadis itu mengangguk penuh semangat.
“Kalau gitu Yenny tiduran di lantai gih!”
Yenny menurut saja ketika aku baringkan di lantai. Ketika aku hendak berbalik, Yenny mencekal lenganku. Gadis yang sudah gugur rasa malunya itu segera merengkuhku untuk melumat bibirnya. Serangan lidahnya menggila di ronga mulutku sehingga aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengimbanginya. Tanganku dituntunnya mengusap-usap lubang kelaminnya. Tentu saja aku langsung tanggap. Jari-jariku bermain diantara belantara hitam nan lebat diatas bukit berkawah itu.
“Mmmm… enghh…”
Kami saling melenguh merasakan sejuta nikmat yang tercipta.
Aku ikut-ikutan merebah di lantai. Aku arahkan Yenny untuk mengambil posisi 69, tapi kali ini aku yang berada di bawah. Setelah siap, tanpa harus diperintah Yenny segera membenamkan penisku ke dalam mulutnya (aku jadi berpikiran kalau bocah ini sudah berpengalaman).
Yenny bersemangat sekali melumat penisku yang sejak tadi berdenyut-denyut nikmat. Demikian juga aku, begitu nikmatnya menjilati lendir-lendir di setiap jengkal vagina Yenny, sedang jariku bermain-main di kedua payudaranya.
Srup srup, demikian bunyinya ketika kusedot lendir itu dari lubang vagina Yenny. Ukuran vagina Yenny sedikit lebih besar dibanding milik Yuni, bulu-bulunya juga lebih lebat milik Yenny. Dan klitorisnya… mmm… mungil merah kenyal dan mengasyikkan. Jadi jangan ngiri kalo aku bener-bener melumatnya dengan lahap.
“Ngngehhh…uuuhh..” lenguh Yenny sambil terus melumat senjataku.
Sedang lendir kawinnya keluar terus.
“Erss… isep sayang, iseppp…” kataku ketika aku merasa mau keluar.
Yenny menghisap kuat-kuat penisku dan crooott… cairan putih kental sudah penuh di lubang mulut Yenny. Yenny berhenti melumat penisku, kemudian dia terlentang dilantai (tidak lagi menunggangiku). Aku heran dan memandangnya.
“Aha…” ternyata dia menikmati rasa spermaku yang juga belepotan di wajahnya, dasar bocah gemblung.
Beberapa saat kemudian dia kembali menyerang penisku. Mendapat serangan seperti itu, aku malah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, kulumat bibirnya dengan buas. Tapi tak lama Yenny berbisik, “Mas.. aku udah nggak tahan…”
Sambil berbisik Yenny memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke dalam vaginanya.
Aku minta Yenny menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh bibir vagina. Kutusuk masuk senjataku melewati liang sempit itu.
“Sakit Mas…”
Sulitnya masuk liang kawin Yenny, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak terlalu ngoyo.
“Nggeh… dikit lagi Yen…”
“Eeehhh… waaa!!”
“Jlub…” 15 centi batang penisku amblas sudah dikenyot liang kawin Yenny. Aku diamkan sebentar lalu aku kocok-kocok seirama desah nafas.
“Eeehh… terus mass… uhh…”
Gadis itu menggeliat-geliat nikmat. Darah merembes di selakangnya. Entah sadar atau tidak tangan Yenny meremas-remas payudaranya sendiri. Lima belas menit penisku bermain petak umpet di vagina Yenny. Rupaya gadis itu enggan melepaskan penisku.
Berulang-ulang kali spermaku muncrat di liang rahimnya. Merulang-ulang kali Yenny menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Yenny kelelahan dan memilih tidur terlentang di samping Yuni.
Capek sekali rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka menyesal dengan kejadian malam ini. Yang pasti aku tak menyesal perjakaku hilang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget. Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Rere.
Malam makin sepi. Sebelum yang lain pada pulang, aku segera memindahkan tubuh Yuni ke kamarnya lengkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Yenny. Dan malam ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan kejadian barusan.
Lagipula tak ada bukti, bekas cipokan di leher Yuni sudah memudar. He.. he.. he.. mereka akan mengira ini hanya mimpi.
Post a Comment