Header Ads

Cerita Dewasa Pembantu Janda yang Menggairahkan


Cerita Dewasa Pembantu Janda yang Menggairahkan - Suatu hari kakakku memintaku untuk menjaga rumahnya, karena dia ada keperluan keluar kota. Sore itu hujan rintik-rintik semakim lama semakin lebat. Mbak Ida yang bekerja di rumah abangku ini bergegas ke halaman belakang untuk mengambil jemuran. Kemudian terdengar suara teriakan keras dari belakang rumah, “Mas Galih”. Aku lantas berlari menuju arah suaranya dan melihat mbak Ida terduduk di tepi jemuran. Kain jemuran berhamburan di sekitarnya

“Mas Galih tolong donk bawakan jemuran ini masuk” pintanya sambil menyeringai menahan sakit.

“Aku habis tergelincir” sambungnya.

Aku hanya mengangguk sambil mengambil jemuran yang berserakan lalu sebelah tanganku coba membantu mbak Ida berdiri.
“Sebentar mbak, saya bawa masuk dulu jemuran ini” kataku sembari membantunya mengambil jemuran yang berada di tangan mbak Ida. Aku bergegas masuk ke dalam rumah, kain jemuran kuletakkan di atas kasur, di kamar mbak Ida. Ketika aku menghampiri mbak ida lagi, dia sudah separuh berdiri dan mencoba berjalan terhuyung-huyung. Hujan semakin lebat seakan dicurahkan semuanya dari langit.

Kutuntun mbak Ida masuk ke kamarnya dan mendudukkan di kursi. ALu terhenyak kaget ketika tanganku tak sengaja menyentuh toket mbak Ida. Terasa kenyal sehingga membuat darah mudaku tersirap naik. Kuakui walau umurnya 31 tahun mbak Ida tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan kakak iparku yang berusia 27 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan potongan badannya yang masih menarik perhatian lelaki. Tidak heran, mbak Ida pernah kepergok sama abangku sedang bermesraan dengan laki-laki lain.

“Mas Galih tolong donk ambilkan aku handuk, aku mau mandi” pinta mbak Ida ketika aku masih membayangkan betapa kenyalnya toket mbak Ida.

Aku menuju ke lemari pakaian lalu mengeluarkan handuk dan kuberikan kepadanya.

“Terima kasih mas Galih” ucapnya.

Mbak Ida orangnya lemah lembut, suaranya halus dan lembut. Dia juga murah senyum, rajin dan tak pernah membantah. Dia sudah menganggap kami semua seperti keluarganya sendiri. Tanpa disuruh dia sudah tau apa yang harus dia kerjakan. Dia menyadari akan tanggung jawabnya. Bila aku ada rejeki kuberikan dia sedikit uang. Bukan karena apa, sebab dia bisa membuat orang jadi sayang padanya.

Mbak Ida seorang janda. Dia ditinggal pergi suaminya dengan perempuan lain. Sudah hampir 3 tahun dia menjanda.
Kalau masalah kecantikan sih memang masih cantik kakak iparku. Dia keturunan cina. Kelebihan dari mbak Ida ialah sikapnya yang ramah kepada semua orang. Budi bahasanya halus dan sopan.

Mbak Ida mencoba berdiri dan berjalam menuju ke kamar mandi. Melihat keadaannya masih terhuyung-huyung, dengan cepat kupegang tangannya untuk membantu. Sebelah tanganku memegang pinggangnya. Kutuntun dia menuju ke pintu kamar mandi. Terasa sayang untuk kulepaskan peganganku, sebelah lagi tanganku melekat di pinggangnya. Mbak Ida kemudian menatap wajahku. Mata kami saling bertatapan. Sepertinya dia senang dan menyukai apa yang kulakukan. Tanganku jadi lebih berani mengusap-usap lengannya lalu menuju ke toketnya. Kuremas perlahan toket yang kenyal itu dengan puting yang mulai mengeras. Kudekatkan mulutku untuk mencium mulutnya. Mulut kamipun bertemu. Aku mencium bibirnya. Inilah pertama kalinya aku melakukannya kepada seorang wanita.

Erangan lembut keluar dari mulut mbak Ida. Ketika kedua tanganku meremas toketnya dan lidahku mulai menjalari lehernya. Ini semua akibat film BF dari CD-Rom yang sering kutonton dari rumah teman. Mbak Ida menyandarkan tubuhnya ke dinding. Sementara tanganku menyusup masuk ke dalam bajunya, mulut dan lidahnya kukecup. Kait BH-nya kulepaskan. Tanganku bergerak bebas meremas dan mengelus toketnya. Kupilin putingnya dengan lembut. Kami sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding. Nafas kami semakin memburu. Kulihat mbak Ida sudah pasrah dengan apa yang akan aku lakukan pada dia. Kulepaskan daster yang menempel di tubuh mbak Ida. Hanya tinggal CD-nya yang menempel di tubuhnya.
Aku mulai menjilati putingnya. Kuhisap puting yang mengeras itu hingga memerah. Mbak Ida semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur lagi. Tangannya menarik-narik rambutku, sambil mendesah,

“Sssstthhh…aahhh…”

Putingnya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan. Lidahku kini bermain di pusar mbak Ida, sambil tanganku mulai mengusap-usap pahanya. Tangan mbak Ida semakin kuat menarik rambutku.

“Oooohhh mas Galiiihhh…” suara mbak Ida memanggilku lirih. Nafasnya terengah-engah ketika CD-nya kutarik ke bawah. Tanganku mulai menyentuh daerah kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan.

Ketika lidahku akan menjilat memeknya, mbak Ida menarikku berdiri. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu. Pandangannya ditujukan ke tempat tidurnya. Aku pun mengerti maksud mbak Ida seraya menuntunnya menuju tempat tidur. Bau memeknya merangsang sekali. Dengan bau khas yang sukar diceritakan.

Kubaringkan tubuhnya yang bugil di ranjang kakinya menyentuh lantai. Seluruh tubuhnya sangat menggairahkan. Mukanya berpaling ke sebelah kiri. Matanya terpejam. Tangannya mendekap kain sprei. toketnya membusung seperti minta disentuh. Putingnya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah. Kulihat tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang telah melahirkan. Memang mbak Ida belum memiliki anak karena dia bercerai setelah menikah 5 bulan. Kakinya merapat. Karena itu aku tidak dapat melihat seluruh memeknya. Cuma sekumpulan rambut yang halus menghiasi bagian bawah.

Kemudian, aku melepaskan seluruh baju yang aku pakai hingga aku benar-benar telanjang bulat. KOntolku yang sudah berdiri dari tadi kini terlihat menantang dihadapan mbak Ida. Terlihat mbak Ida telentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya saja turun naik. Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap tubuh mbak Ida. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Nafsuku terangsang semakin hebat. Kutuntun tangan mbak Ida agar menyentuh kontolku. Digenggamnya batang kontolku erat-erat lalu diusap-usapnya. Mbak Ida tahu apa yang harus dilakukan. Maklumlah dia pernah menikah. Dibandingkan denganku, aku cuma tahu teori dengan melihat film BF, itu saja. Tanganku terus mengusap perutnya hingga ke celah selangkangannya. Terasa berlendir basah di memeknya.

Dipegangnya batang kontolku yang sudah tegang dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Mataku terpejam-pejam ketika lidah mbak Ida melumat kepala kontolku dengan lembut. Kontolku dikulum sampai ke pangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmat yang kurasakan. Disedot-sedotnya batang kontolku. Tidak tahan diperlakukan begitu aku lalu mengerang menahan nikmat. Kubuka lebar-lebar kedua paha mbak Ida. Kusibakkan memeknya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang clitorisnya. Mbak Ida mendesah hebat. Liang kemaluan mbak Ida semakin memerah. Bau kemaluannya semakin kuat. Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih keluar dari lubang memeknya. Tentu mbak Ida sudah cukup terangsang, pikirku.

Desahan dan erangan keluar dari mulut mbak Ida, nafasnyapun semakin tak beraturan. Rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan. Aku bertanya padanya, “Enak ga mbak?” tanyaku lembut dan sedikit manja. Dia tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas panjang. Aku mengerti. Itu bertanda dia ingin segera aku memasukan kontolku ke dalam lubang memeknya. Tanpa disuruh, aku mengarahkan kontolku ke arah lubang memeknya yang kini telah terbuka lebar. Lendir dan liurku telah banjir di gerbang memeknya. Kugesek-gesekan kepala kontolku di cairan yang membanjir itu. Perlahan-lahan kutekan ke dalam. Tekanan kontolku memang agak sedikit susah. Terasa sempit. Kulihat mbak Ida menggelinjang seperti kesakitan.

“Pelan-pelan mas Galih sakit” katanya sambil meringis menahan sakit. Aku sekarang mengerti. Memek mbak Ida sudah sempit lagi setelah 3 tahun tidak disetubuhi, walaupun dia sudah tidak perawan lagi. Memang aku belum berpengalaman kerena ini merupakan pertama kalinya aku menyetubuhi seorang wanita walau umurku sudah matang.

Kutekan lagi. Kumasukkan kontolku perlahan-lahan dan sangat hati-hati. Baru sebagian saja kontolku yang masuk ke dalam lubang memeknya. Kubiarkan sebentar kontolku berhenti, terdiam. Mbak Ida juga terdiammengatur nafas. Sementara itu, kupeluk tubuh mbak Ida dengan gemas sambil memainkan putingnya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut. Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan. Kami memang sudah sangat bernafsu dan terangsang.

Lalu kemudian aku bertanya dengan suara lembut, “mau dilanjutan lagi mbak?”. Mbak Ida membuka matanya. Di bibirnya terlihat senyum manis yang menggairahkan. Aku mulai menekan lagi kontolku ke dalam lubang memeknya. Kuhentakkan perlahan-lahan. Memang sempit memek mbak Ida, mencengkram seluruh batang kontolku. Kontolku terasa seperti tersedot di dalam memek mbak Ida. Dan tak lama kemudian “Bleeesss…” KOntolku berhasil masuk seluruhnya ke dalam memeknya.

Terasa hangatnya sungguh menggairahkan. Mata mbak Ida terbuka menatapku dengan pandangan yang sayu ketika kuhujamkan kontolku di memeknya. Mbak Ida mendesah dan mengerang seiring dengan genjotan kontolku di memeknya. Kadang-kadang punggung mbak Ida terangkat-angkat menyambut kontolku yang sudah melekat di memeknya.

Tak terhitung berapa kali aku menghujamkan kontolku di memeknya dengan diiringi nafas kami yang tidak teratur lagi. Selang beberapa menit aku merasakan badan mbak Ida mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk erat-erat pinggangku. Punggungnya terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara pelan. Denyutan di didnding memeknya terasa kuat seakan melumatkan kontolku yang tertanam di dalamnya. Genjotanku pun semakin kuat. Leher mbak Ida kurengkuh erat sambil badanku rapat menindih badannya. Aku merasakan ada denyutan yang menandakan air maniku akan keluar. Denyutan yang semakin keras membuat kontolku semakin menegang keras. Mbak Ida mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya. Memek mbak Ida semakin keras menjepit penisku. Kurangkul tubuhnya kuat-kuat. Dia membiarkan saja perlakuanku itu. Nafasnya semakin kencang.

Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya aku meraih orgasmeku bersamaan dengan Mbak Ida. Air maniku muncrat ke dalam memek mbak Ida. Bergetar badanku saat maniku muncrat. Matanya terbuka lebar memandangku. Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah. Dia mengerang agak kuat. Untuk beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa tusukan tadi memang membuat kami sampai ke puncak bersama-sama. Memang hebat. Sungguh puas. Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama. Dan mbak Ida lah wanita pertama yang mendapatkan air perjakaku. Walaupun dia seorang janda, bagiku dia adalah wanita yang sangat cantik. Waktu kami melakukan senggama tadi, kami berkhayal entah kemana. Mbak Ida memang hebat dalam permainannya. Sebagai seorang yang tidak pernah merasakan kenikmatan persetubuhan, bagiku mbak Ida betul-betul memberiku surga dunia.

Aku terbaring lemas di sisi Mbak Narti. Mataku terpejam rapat seolah tidak ada tenaga untuk membukanya. Dalam hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang mbak Ida. Kulihat mbak Ida juga tertidur di sebelahku. Kejadian yang tidak pernah kuimpikan, terjadi tanpa dapat dielakkan. Mbak Ida telentang dengan mata tertutup seperti kelelahan, mungkin lelah setelah dapat menghilangkan keinginan batinnya sejak menjanda 3 tahun yang lalu.

Sesudah itu perlahan-lahan aku berdiri dan memakai kembali pakaianku. Aku keluar dari kamar mbak Ida menuju ke ruang depan. Sewaktu aku keluar, aku baru sadar kalau pintu kamar mbak Ida tidak tertutup rapat. Rupa-rupanya kakak iparku sudah pulang. Mendadak aku pucat kalau-kalau kejadian tadi disaksikan oleh kakak iparku. Aku keluar sambil mencoba berlagak seperti tidak terjadi apa-apa. Kemudian aku duduk di sofa. Sebentar kemudian kakak iparku datang membawa minuman. Kulihat mukanya biasa saja. Kuyakinkan diriku bahwa kakak iparku tidak tahu apa yang telah terjadi tadi antara aku dengan mbak Ida.

Aku mencoba mecairkan suasan dengan bertanya pada kakak iparku,

“Abang tidak pulang sama kakak?”
“Gam dia ke Medan 5 hari” jawabnya sambil tersenyum.
“Minumlah!” ucapnya mempersilakan.

Kemudian dia berjalan menuju ke kamarnya. Aku duduk dan menonton film di TV.

“Oya kakak sebentar lagi mau pergi, kamu anterin ya. Nanti malam kamu tidur sini aja nemeninan kakak sama mbak Ida” katanya pendek.


Memang begitulah kalau abangku tidak ada, aku yang jadi sopir kakak iparku untuk membawa BMW nya ke mana-mana. Malam itu aku tidak pulang. Tidur di rumah abangku. Memang ada kamar khusus untukku di rumahnya yang cukup besar itu. Tapi yang lebih spesial lagi bagiku adalah tidur dalam pelukan mbak Ida.