Header Ads

Cerita Dewasa Aku Dihamili Tukang Kebunku


Cerita Dewasa Aku Dihamili Tukang Kebunku - Pertama-tama perkenalkan namaku Kasandra, biasa dipanggil Sasa. Usiaku 37 tahun. Aku adalah seorang guru di sebuah SMA Negeri di kota kecil di pinggiran Surabaya. Suamiku bernama Aditya, umurnya 40 tahun. Suamiku seorang pejabat di lingkungan Pemkot tempat kami tinggal. Kami memiliki 2 orang anak, anakku yang pertama bernama Mamik, umurnya 19 tahun, dan sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri di luar kota. Sedangkan anakku yang kedua bernama Putra berumur 17 tahun, saat ini kelas 3 SMA dan sedang menyiapkan diri untuk ujian akhir dan seleksi masuk perguruan tinggi.

Ada sedikit gambaran tentang diriku. Tinggi badanku 160 cm dan berat badan 50 kg, tubuhku tidak terlalu kecil juga tidak terlalu gemuk, bisa dibilang padat berisi. Kulit tubuhku kuning langsat khas wanita dari kotaku. Ukuran payudaraku lumayan besar yaitu 36c, meskipun sudah agak kendur setelah hamil dan menyusui kedua anakku. Dikeseharianku aku memakai baju muslim dengan jilbab lebar yg menutupi dadaku untuk mengajar ataupun beraktifitas di luar rumah. Sedangkan di dalam rumah aku biasa memakai daster untuk pakaian sehari-hari. Rumahku berukuran cukup besar dan terletak di pinggiran kota. Karena tuntutan pekerjaan, suamiku sering pergi keluar kota, entah itu untuk kunjungan kerja maupun rapat koordinasi. Sedangkan anakku yang pertama, Mamik, hanya pulang tiap akhir pekan itupun jika tidak ada kegiatan di kampus atau tugas yg harus diselesaikan. Sedangkan Putra, untuk menghadapi ujian akhir dan seleksi perguruan tinggi lebih sering pulang malam karena harus mengikuti kegiatan tutorial serta bimbingan belajar yang dia ikuti. Otomatis setiap hari aku lebih sering di rumah sendirian. Selain dengan anggota keluargaku, ada seorang asisten rumah tangga dan tukang kebun yang merangkap penjaga rumah yang merupakan sepasang suami istri.

Asisten rumah tanggaku bernama mbak Siti sedangkan suaminya yang merupakan tukang kebunku bernama pak Windu. Setiap hari mbak Siti dan pak Windu bekerja dari jam 5 pagi sampai 6 petang. Mereka berdua tidak tinggal serumah dengan kami. Dia setiap hari pulang pergi dari rumahnya yang tak jauh dari rumahku. Meskipun begitu ada sebuah kamar kosong untuk pak Windu karena sering harus menginap jika harus menjaga rumah kami.

Di lingkungan tempat kami tinggal keluarga kami cukup di hormati. Karena selain pekerjaan kami selain juga karena keluargaku yang selalu menjunjung nilai-nilai hidup orang jawa dan agama yang kami anut. Walaupun tak terlalu fanatik, aku selalu berusaha mengajarkan kepada anak-anakku untuk berbuat baik sesuai aturan agama. Oleh karena itu tak jarang suamiku sering diminta untuk memimpin kegiatan di lingkungan kami, begitu juga aku yang menjadi penggerak kegiatan PKK dan pengajian di tempat kami.

Cerita Mesum – Sebagai seorang istri dan ibu, aku selalu berusaha untuk setia kepada keluarga. Sebisa mungkin aku harus pintar membawa diri dalam pergaulan di lingkungan tempat tinggalku maupun tempat kerjaku. Aku selalu berusaha sesopan mungkin dalam bertutur, bertindak serta berpakaian. Meskipun begitu tak jarang aku mendapati tatapan nakal dari laki-laki di sekitarku. Yaahh, meskipun memakai baju muslim saat di luar rumah, nyatanya tak mampu menutupi seluruh keindahan lekuk tubuhku, terutama payudaraku, seakan menjadi magnet bagi bapak-bapak dan anak laki-laki tetanggaku serta rekan-rekan guru laki-laki di sekolah tempatku mengajar.

Tak terkecuali pak Windu tukang kebunku, lelaki yang berusia 60 tahun tersebut tak jarang kupergoki sedang menatap lekat pada tubuhku, terutama saat di rumah karena aku lebih sering memakai pakaian biasa jadi seakan memberi kesempatan lebih besar untuk menikmati keindahan tubuhku. Melihat itu aku merasa tidak nyaman dan sudah berusaha bicara pada suamiku, tapi suamiku berkata padaku untuk tidak berburuk sangka karena pak Windu sudah ikut keluarga suamiku sejak masih muda dan mengenalku hampir 20 tahun sejak aku menikah dengan suamiku. Akupun berusaha menghilangkan pikiran burukku tentang pak Windu.

Apapun yang aku lakukan di rumah membuatku risi sendiri, setiap beraktifitas di rumah aku merasa seperti selalu diawasi gerak gerikku oleh pak Windu. Misalnya, seperti saat sedang merawat tanaman di halaman, aku merasa pak Windu memperhatikanku dari balik kaca gelap jendela dalam kamarnya yang terletak tepat di samping halaman belakang rumahku atau saat aku berjalan ke kamar mandi yang letaknya lurus dari kamarnya. Dan semua hal ini justru terus menambah kecurigaanku pada perilaku pak Windu terhadapku. Tapi semua itu hanya kupendam dalam perasaanku karena aku belum menemukan bukti nyata kekurang-ajaran pak Windu padaku.

Sampai pada suatu saat. Sore itu setelah pulang mengajar aku langsung tidur karena badaku terasa lelah setelah mengampu 6 jam pelajaran untuk 3 kelas seharian tadi. Aku tidur sangat lelap dan cukup lama. Aku terbangun ketika mendengar gemuruh langit tanda akan turun hujan. Aku jadi teringat jemuran di belakang yang belum diangkat karena siang tadi mbak Siti ijin pulang lebih awal karena kurang enak badan. Segera aku bergegas bangun dari tempat tidur dan menuju halaman belakang rumah untuk mengangkat jemuran.

Ketika berjalan melewati dapur aku melihat pak Windu berdiri di samping tempat jemuran. Aku langsung berhenti untuk memperhatikan dari balik jendela dapur apa yg sedang dilakukan pak Windu. Awalnya aku belum begitu sadar karena pikiranku masih belum terkumpul seluruhnya dan pandanganku masih kabur setelah bangun tidur tadi. Tapi setelah kuperhatikan secara seksama, aku terkejut setengah mati apa yang kulihat dengan kedua mataku. Saat itu aku melihat pak Windu tengah melakukan masturbasi dan yang lebih mengejutkanku lagi yaitu pak Windu menggunakan media celana dalamku yang sedang dijemur untuk masturbasi. Dia membungkuskan celana dalamku pada penisnya sambil mengocoknya dengan satu tangan dan tak hanya itu di tangan lain kulihat ada BH hitam milikku yang sedang dia ciumi sambil masturbasi.

Aku tak tahu harus berbuat apa melihat itu, yang bisa kulakukan hanya diam mematung menyaksikan hal itu. Aku tak bisa membayangkan apa yang ada dalam pikiran pak Windu ketika sedang masturbasi menggunakan media celana dalam dan bhku saat itu. Aku hanya bisa menyaksikan kocokan demi kocokan yang dia lakukan pada penisnya, serta tiap hirupan nafas pada bhku. aku menyaksikan semuanya yang terjadi hingga pak Windu sampai pada orgasmenya. Dia menggunakan cup bh milikku yang diciuminya tadi untuk menampung sper yang keluar dari penisnya. Dan setelah selesai orgasme dia menggunakan celana dalamku untuk membersihkan sisa sperma di penisnya dan untuk mengelap keringatnya.

Akupun mengurungkan niatku mengangkat jemuran, aku segera berlari kembali ke kamarku yang ada di lantai 2. Di dalam kamar aku merasa lemas dan terus memikirkan hal yang baru saja kulihat. Aku tak bisa memikirkan apa-apa lagi hanya bayangan pak Windu yang sedang masturbasi yang terbayang dalam pikiranku. Aku terdiam sampai ada suara ketukan di pintu kamarku yang mengejutkanku. Dengan langkah lunglai, aku segera membuka pintu dan terlihat di balik pintu pak Windu berdiri tepat di depan pintu kamarku. Tiba-tiba keringat dingin keluar dari kepalaku tak tahu apa yang dilakukan pak Windudi sini. Dengan tersenyum dia mengatakan mau pamit pulang karena sudah sore.

Aku tak memperdulikan apa yang dia katakan, dari tadi aku hanya menunduk memandangi tonjolan celananya. Setelah memastikan pak Windu pergi, segera aku berjalan menuruni tangga dan menuju halaman belakang tempat jemuranku tadi. Aku menghampiri celana dalamku yang digunakan untuk masturbasi tadi. Terlihat dikedua cup bhku masih ada lelehan sperma pak Windu, sedangkan celana dalamku basah kuyup oleh sisa sperma serta keringat pak Windu.

Tanpa kusadari aku mengambil bh tersebut dan mendekatkannya ke hidungku, aku mencoba menghirup aroma sperma segar milik pak Windu yang baru saja dia tumpahkan cup bhku. Tercium aroma sperma yang khas, yang seakan menghipnotisku dan menggelapkan pikiranku. Lalu tangan kiriku kumasukan ke dalam dasterku, merayap di balik celana dalamku. Jar-jariku mulai menggosok-gosok bibir memekku yang ternyata sudah mulai basah.

Kuhirup semakin kuat aroma sperma itu sambil terus memainkan memekku. Aku terduduk di atas rumput halaman rumahku. Kuraih celana dalamku yang berlumuran sperma dan keringat pak Windu dan meletakkannya di wajahku, kumerebahkan tubuhku. Kujilati sedikit demi sedikit lelehan sperma pada bhku. Aku mulai mengocok memekku sendiri, nafasku mulai tersengal-sengal.Tak lama kemudian aku merasakan sesuatu yang akan meledak dari dalam tubuhku. Semakin besar rasa itu semakin kupercepat hingga akhirnya aku meraih orgasme. Cairan kewanitaanku membasahi tangan dan celana dalam yang kupakai.

Aku tak menyangka hanya dengan masturbasi dengan menghirup dan menjilati sperma bisa membawa orgasme sehebat itu. Dan tanpa kusadari semenjak saat itu aku mulai ketagihan sama sperma pak Windu. Setaip hari aku mengawasi jemuran di halaman belakang untuk menunggu pak Windu melakukan masturbasinya. Hampir setiap hari aku masturbasi dengan sperma pak Windu. Sensasi sperma milik pria lain yang bukan suamiku membawa sensasi tersendiri bagiku saat masturbasi, bahkan pakaian dalam bekas masturbasi itu tidak pernah aku cuci tapi justru aku pakai setiap hari. Sperma yang menempel pada bh dan cd yang kupakai membawa sensasi binal saat menyentuh kulit payudara dan memekku.

Sejak hari itu juga aku tahu pak Windu sudah lama melakukan hal ini bisa dilihat dari gelagat pak Windu yang santai saat melakukan masturbasi, menandakan bahwa dia sudah terbiasa melakukan masturbasi dengan pakaian dalamku. Hampir ku pastikan setiap pakaian dalam yang kumiliki pasti pernah dipakainya untuk masturbasi. Yang menjadi pikiranku, bagaimana mungkin mbak Siti yang hampir tiap hari berada di rumah dan bertanggung jawab atas jemuran tidak menyadari akan hal ini. Mungkin karena pak Windu sudah mengatur strategi dan waktu yang tepat sehingga perbuatannya tersebut tidak akan diketahui oleh istrinya. Aaahhh…entahlah.

Hampir sebulan aku melakukan kebiasaan masturbasi dengan sperma pak Windu, dan rasa bersalah muncul dalam diriku, aku mulai sadar apa yang kulakukan itu salah. Apa yang kulakukan telah merusak kehormatan serta kepercayaan dari keluargaku. Sehingga aku berniat untuk menghentikan semua ini, tapi sejauh aku mencoba dan setiap aku melihat sperma pada pakaian dalamku, nafsuku berhasil mengalahkan akal sehatku. kembali aku terjebak pada lingkaran setan yang membawaku pada dosa. Meskipun begitu, jujur saja aku sangat menikmatinya. Aku tidak akan bisa berhenti jika pak Windu masih menggunakan pakaian dalamku untuk masturbasi. Aku tahu apa yang harus aku lakukan jika aku ingin menghentikan hal ini, aku harus mengatasi sumber masalah ini. Dan sumber itu dari pak Windu, jika pak Windu berhenti melakukannya maka aku yakin secara otomatis membuatku berhenti menikmati spermanya. Tapi aku tak tega melaporkannya pada suamiku, aku tidak ingin masalah ini menjadi besar. Aku harus bisa mencoba menyelesaikannya sendiri, dan jalan satu-satunya aku harus bicara langsung dengan pak Windu.

Siang itu sengaja aku pulang lebih awal agar segera bisa mengangkat jemuran yang sudah kering terutama pakaian dalamku. Aku sudah berniat untuk bicara dengan pak Windu. Pertama kali aku harus menghilangkan kesempatannya untuk bermasturbasi dengan pakaian dalamku. Aku membawa semua pakaian dalamku ke kamar sehingga pak Windu tidak bisa masturbasi dengan pakaian dalamku. Itu adalah langkah awal yang harus kulakukan untuk menghentikan semua perbuatan dosa ini. Setelah itu aku akan segera menemui pak Windu untuk membahas hal yang sebenarnya memalukan untuk kami berdua. Dengan langkah mantap aku menuju kamar pak Windu, kulihat pintu kamarnya terbuka menandakan bahwa dia berada di dalam kamarnya. Aku sudah benar-benar membulatkan tekad seiring langkahku ke kamar pak Windu.

Ketika aku sampai di depan pintu kamar pak Windu, aku kembali melihat hal yang mengejutkanku, dengan posisi terlentang dan celana melorot sampai lututnya, kulihat pak Windu sedang asyik mengocok penis yang berwarna hitam miliknya. Dan yang lebih mencengangkan ukuran penis itu jauh lebih besar dari milik suamiku. Saat itu aku hanya bisa diam melihat apa yang dilakukannya. Mengetahui aku berada di depan pintunya dan menyaksikan apa yang dia lakuakan, pak Windu malah tersenyum ke arahku. Benar-benar sudah gila, dia sama sekali tidak berusaha untuk menghentikan maupun berusaha menutupi penisnya hitamnya itu dia bahkan semakin mempercepat kocokannya sampai diameraih orgasmenya, memuntahkan sperma putih kental di atas tempat tidurnya. Sadar pak Windu melihat ke arah akupun segera berlari dari sepan kamarnya.

Aku benar-benar tak menyangka pak Windu berani melakukan masturbasi dihadapanku sendiri, bahkan seakan dengan sengaja dia memamerkan batang penisnya padaku. Kemudian aku ke dapur untuk mengambil minum, mencoba menenangkan diri. Saat aku sedang menuang air, tiba-tiba aku merasa ada sepasang tangan meremas payudaraku dari belakang, hampir saja gelas berisi air yang akan kuminum jatuh ke lantai. Dan ketika menoleh aku sangat terkejut, ternyata pak Windu sudah ada di belakangku. Aku berusaha meronta untuk melepaskan diri dari pelukan pak Windu, tapi semakin kuat aku meronta,semakin kuat pula dekapan pak Windu. Remasan tangan pak Windu pada payudaraku membuat tubuh dan pikiranku untuk memberontak semakin tidak berdaya. Tangan kekarnya dengan kasar meremas-remas kedua payudaraku. Bahkan sesekali dia menarik dan memilin putingku dari luar bh.

Aku semakin tak kuasa melakukan perlawanan, apalagi payudaraku adalah salah satu bagian tubuhku yang paling sensitif. Hembusan nafas pak Windu yang mengenai bagian belakang leherku semakin menambah rangsangan pada tubuhku. Dan aku mulai larut dalam alunan nafsu pak Windu, yang mulai mengambil alih kesadaranku atas tubuhku. Kemudian alah satu tangan pak Windu mulai merayap ke bawah perutku. Tangan hitam kasar itu mulai mengelus-elus selangkanganku dari luar. Aku yang saat itu memakai daster terusan lengan pendek tak kuasa menahan serangan-serangan dari pak Windu. Dia lalu mengangkat bagian bawah dasterku, ditariknya hingga sampai sebatas pinggulku. Tangannya yang dari tadi bermain-main di luar kini mulai menyelinap masuk ke dalam celana dalamku. Jari dengan luwes memainkan bibir memekku serta klitorisku. Aku hanya bisa menikamti perlakuan pak Windu padaku. Pikiranku dibuatnya melayang sampai-sampai aku tak sadar kancing dasterku sudah terlepas semua hanya menyisakan bh yang masih menutupi payudara besar milikku. Jari-jari kiri tangan pak Windu mulai menusuk lubang memekku yang sudah sangat basah akibat rangsangan tadi semakin memudahkan pak Windu melancarkan aksinya.

Sedangkan tangan kanannya mengeluarkan payudaraku dari dalam bh tanpa membukanya terlebih dahulu. Jari kasar pak Windu menarik dan memilin putingku. Aku semakin terbuai oleh kenikmatan yang diberikannya padaku apalagi kini jari-jari tangannya sudah mengocok memekku secara kasar. Nafasku memburu dan badanku bergetar hebat, aku hampir mencapai orgasmeku. Sampai pada akhirnya tiba-tiba pak Windu menghentikan semua perbuatannya, dia hanya tersenyum lalu pergi meninggalkanku. Aku bingung apa yang terjadi berusaha membenahi pakaianku dan segera kembali ke kamar. Sejak saat itu aku semakin bingung dengan keadaanku, disatu sisi aku telah mengalami pelecehan oleh pak Windu, tapi disisi lain aku sangat menikmati apa yang dilakukan pak Windu padaku, bahkan aku kecewa saat itu pak Windu menghentikan aksinya di tengah-tengah aku hampir menuju orgasme. Aku terpaksa menahan nafsuku tanpa pelampiasan karena suamiku tidak sedang di rumah, hatiku kecilku berharap bahwa pak Windu akan datang kembali untuk menuntaskan nafsuku. Kejadian hari itu telah merubah cara pandangku padanya, di balik senyum pak Windu di depanku dan keluarga tersembunyi kilatan nafsu yang besar, terlihat dari tatapan matanya. Aku selalu terbayang penis hitam berurat milik pak Windu yang selalu melayang dalam pikiranku.

Setiap teringat dengan penis pak indu aku jadi bernafsu tapi suamiku tidak ada untuk pelampiasan nafsuku. Pernah aku mencoba untuk bermasturbasi sendiri tapi apa yang kudapatkan jauh berbeda dari apa yg diberikan pak Windu. Aku berusaha mencoba menahan nafsuku tapi semakin kutahan kurasakan nafsu semakin meledak-ledak. Hingga akhirnya pada malam hari itu, saat sedang hujan deras, aku di rumah sendirian karena Putra dan suamiku belum pulang. Dari dalam kamarku terlihat lampu kamar pak Windu masih menyala. Kemudian aku melangkah ragu menuruni tangga menuju lantai satu yang membawaku menuju kamar pak Windu.

Sesampainya di kamar pak Windu, kulihat pak Windu sedang tidur. Aku mendekatinya perlahan lalu berjongkok di samping tempat tidurnya, aku mulai mengelus batang penisnya dari luar celana dan mulai menciumi batang penis itu. Aku menghirup bau yang tak asing, bau sperma yang selama ini selalu ditumpahkan di pakaian dalamku. aku mengelusnya dengan lembut sehingga tak sampai membangunkan pak Windu. Kurasakan batang penisnya semakin membesar dan terlihat ingin keluar dari celana. Dengan gemetar kuturunkan celananya, sampai pada akhirnya penis hitam milik pak Windu mengacung tegak dihadapanku. Kudekatkan mulutku pada ujung kepala penis itu dan mulai menjilatinya dan mengulumnya. aku kocok penisnya dan menghisapnya pelan-pelan. Sambil mengulum penis pak Windu tanganku menggosok memekku sendiri dari dalam celana. Aku sangat menikmati permainan yang kubuat sendiri, sampai aku tak sadar saat tangan pak Windu memegangi kepalaku. Ternyata pak Windu sudah bangun, dia menatapku tanpa ekspresi. kupun lantas berusaha menjauh tapi tangannya lebih sigap menarikku.

Dia menarikku ke atas tempat tidur dan lalu dibaringkan diatasnya. Pak Windu lalu menurunkan rok bawahan daster yang kupakai dan membuka celana dalamku, dia juga membuka kancing baju dan bhku, dikeluarkannya payudaraku dari bukaan di bagian depan bajuku. Dia lalu mengulum putingku, sambil di hisap serta digigit lembut secara bergantian. Aku sangat menikmati perlakuan itu hingga tanpa kusadari celana dalamku sudah terlepas dari tubuhku. Tanpa menunggu lama pak Windu mengarahkan penisnya ke memekku yang sudah basah oleh cairan kewanitaan. Dengan perlahan dia memasukan penisnya ke dalam lubang memekku. Meskipun sudah tak sempit lagi tapi karena ukuran penis yang besar maka memekku terasa sangat sesak. Panasnya penis pak Windu semakin membuat cairan kewanitaanku keluar dan memudahkan jalan masuknya penis itu. “Bleeeessss….”

Pak Windu mulai menggenjotkan penisnya perlahan-lahan tapi lama kelamaan genjotan itu berganti menjadi cepat dan liar. Sambil menggenjot, pak Windu kembali memainkan payudaraku. Dia mnegulum habis payudaraku secara bergantian. Dia juga memainkan putingku dengan lidahnya. Setelah hampir 5 menit digenjot aku akhirnya sampai pada orgasme pertamaku, tubuhku mengejang menggeliat seperti kestrum listrik. Meksi begitu pak Windu belum menunjukan tanda-tanda kalau dia mau orgasme, maka dari itu dia menambah kekuatan menggenjot memekku menjadi semakin liar dan ganas. Hampir 20 menit aku terus digenjot oleh pak Windu, selama itu juga aku mendapatkan 4 orgasme berturut-turut, yang sebelumnya belum pernah aku dapatkan dari suamiku. Genjotan pak Windu semakin tak beraturan dan tangannya yang keras terus saja meremas payudaraku dengan kasar. Dengus nafasnya terdengar seperti kuda, keringatnya menetes membasahi tubuh hitamnya. 5 menit kemudian genjotan pak Windu semakin cepat hingga akhirnya tubuhnya menegang bersama orgasmeku yg kelima. Seluruh spermanya yang putih panas nan kental itu disemburkan ke dalam rahimku. Aku berusaha memintanya mengeluarkannya di luar tapi karena terlalu lelah setelah mendapat 5 orgasme beruntun membuatku tak berdaya melakukan apa-apa.

Semenjak saat itu kehidupanku berubah, aku yang dulunya wanita terhormat dan setia kini telah jatuh dalam dekapan tukang kebunku sendiri layaknya wanita murahan. Hampir setiap ada kesempatan aku selalu meminta pak Windu untuk menyetubuhiku. Aku benar-benar sudah kecanduan penis hitam berurat milik pak Windu, bahkan aku tidak bisa melewati sehari pun tanpa sodokan nikmat penis pak Windu pada memekku. Sebisa mungkin aku menyembunyikan dengan rapat-rapat hubunganku dengan pak WIndu dari keluargku. Suamiku yang jarang pulang dan memuaskanku sekarang tidak jadi masalah bagiku karena sudah ada pak Windu yang selalu bersedia memuaskanku. Di depan keluargaku sikapku dan pak Windu biasa saja tapi jika semua tidak ada di rumah tubuhku menjadi milik pak Windu.


Sudah hampir berjalan 3 bulan hubungan perselingkuhanku dengan pak Windu. Setiap bersetubuh dia selalu memutahkan spermanya di dalam rahimku. Hingga suatu saat aku tersadar kalau aku sudah telat datang bulan selama 2 bulan. aku takut kekhawtiranku selama ini menjadi kenyataan yaitu aku mengandung anak yang bukan benih suamiku melainkan pak Windu. aku berusaha tenang dan menyembunyikan kabar ini sebelum semuanya menjadi jelas. Aku ke apotik dan membeli testpack. setelah sampai dirumah aku mengecek urinku dan hasilnya dua garis, postif. aku berusaha tenang dan belum mempercayai hasil testpack itu. Aku lalu pergi ke dokter kandungan setelah sebelumnya membuat janji terlebih dahulu. Aku berharap hasil testpack itu salah dan aku tdk hamil. setelah dilakukan awal dan usg hasilnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar hamil. Dokter memberiku selamat, aku tidak tahu harus bagaiaman apakah gembira atau sedih. lebih mengejutkan lagi ternyata calon janin berusia 8 minggu yang bersemayam dalam rahimku adalah janin kembar.